Langsung ke konten utama

REVIEW : A Tale of Two Sisters (2003)

Film horror dari Asia memang berbeda dengan film-film horror dari Hollywood, A Tale of Two Sisters menghadirkan sajian psychological horror thriller yang dikemas dengan apik. Meski pada akhirnya tidak terlalu menyeramkan dan akan membuat bingung beberapa orang.

Plot film ini bisa dibilang dibawa dengan sangat baik, karena film ini lebih psychological horror maka dari awal sampai akhir film ini bakal lebih banyak membahas soal trauma masa lalu yang dialami para karakternya. Sedikit sih adegan adegan yang memang beneran horror ada hantunya namun patut diapresiasi bahwa film ini berhasil mengekseskusi adegan horrornya dengan sangat baik. Kerasa banget perbedaan antara bagaimana film film horror di Asia memunculkan sebuah penampakan atau supernatural ketimbang di Hollywood. Balik lagi soal ceritanya, fillm ini terlihat cukup kompleks. Sayang sekali kalau paruh awal film ini tuh terlalu bertele-tele sehingga cukup susah untuk melewati menit-menit awal tanpa rasa bosan atau mengantuk. Untungnya Second-Third Actnya benar benar solid dan berhasil membuat saya kembali bersemangat untuk menuntaskan film ini. Perjalanan untuk mengetahu apa sih misteri yang terjadi di rumah serta kedua kakak beradik ini memang melelahkan di awal tapi bakal di pay-off dengan apik. Tipe film yang memang lebih mengedepankan cerita yang solid dengan trauma masa lalu meski konsekuensinya dapat porsi horror yang cukup minim.


Karakter film ini sih mungkin jadi kendala yang cukup menganggu sih, memang sih karakternya sedikit dan bisa dihitung dengan jari tapi film ini terlihat tidak terlalu ingin membahas karakter pembantu maupun character developmentnya. Karena film ini yang mengandalkan masa lalu lewat kilas balik, saya pribadi berharap kalau film ini bisa lebih menjelaskan berbagai karakter serta tindakan mereka di masa lalu. Ada sih beberapa cuma itu sekedar dialog pay-off dan beberapa moment aja. Mungkin kalau diulik lebih dalam lagi soal trauma dan kejadian masa lalunya sih bakal lebih apik lagi. Karena ada beberapa karakter yang terkesan cuma sekedar ada aja gitu tanpa penjelasan lebih lanjut soal motif dan masa lalunya. Narasinya sih bagus, saya suka bagaimana film ini sebetulnya sudah memberikan semacam petunjuk lewat dialog maupun tingkah laku para karakternya. Narasinya juga pas banget dalam membangun dua plot twist yang ada di film ini. Cuma saya harus memberikan catatan bahwa terkadang ada beberapa adegan yang terkesan terlalu dipaksakan supaya berkolerasi dengan plotnya itu sendiri (subjektif dari analisis aja sih)


Visualnya sih bagus, saya suka bagaimana film ini tidak sepenuhnya gelap banget gitu kayak template film horror tapi lewat set-designnya film ini yang ditengah hutan dengan danau yang asri berhasil memberikan visual yang cukup berbeda dan jadi seperti penyegaran tersendiri di kala malam datang. Bahas soal sinematografi sih film ini punya beberapa extreme shot sama tracking shot yang cukup impresif. Ada beberapa adegan yang cukup menarik juga dimana film ini menggunakan blocking dan editingnya dalam menyajikan berbagai adegan atau scene horrornya dengan apik. Beberapa camera work yang unik juga berhasil membuat kita penonton menjadi merasa tidak nyaman dan cukup ketakutan. Soundtracknya sih juara, scorenya ituloh rasanya seperti dua dunia. Ketika scorenya yang kalem dan santai menggambarkan  bahagianya Su-min dan Su-Yeon berubah lama kelamaan menjadi score yang kencang, menyeramkan, dan bikin diri kita gak nyaman aja dengerinnya. Untuk urusan score sih sebagai film horror dipakai dengan efektif .Ohya sound designnya juga cukup baik karena beberapa kali film ini menggunakan suara tapak kaki yang misterius.
 
Overall film ini memang punya plot yang apik dengan aspek teknis yang mantap, namun tidak bisa dipungkiri juga kalau karakter yang kurang digarap dengan baik serta narasi yang malah membuat kita mempertanyakan realita film ini menjadikan film ini  tidak terlalu menarik selain plot twist serta bagi mereka yang suka psychological horror yang cukup menyeramkan.

SCORE : 75

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.