Langsung ke konten utama

REVIEW : The Painted Bird (2019)

Film yang awalnya sebagai peserta di Venice Film Festival,TIFF,dan BFI ini membuat para penontonnya keluar dari Bioskop karena tidak tahan dengan kekerasan yang ditampilkan.Hal tadi membuat saya sangat penasaran dengan film ini,separah apa sih film emangnya???


Satu kata yang cocok menggambarkan film ini adalah brutal. Bukan brutal karena adegan aksi tapi brutal menggambarkan "chaos" nya dunia disaat perang melanda dan film ini menggunakan pov seorang bocah lugu yang masih mencari tempatnya di Dunia.Dari awal saja saya sudah tidak nyaman dengan adegan pembullyan dan hewan yang di bakar. Banyak scene yang melibatkan hewan mati (saya gak kuat kalau ngeliat hewan kenapa napa wkwk) yang menggambarkan perang bukan saja merenggut manusia tapi juga hewan yang seakan akan "dimonopoli" untuk kepentingan manusia.Plotnya benar benar slow paced dan tiap film dibagi dengan chapter yang menandakan pergantian "majikan" tapi bisa juga itu menandakan tahapan kehidupan sang anak. 

Ceritanya kurang lebih secara garis besar memang biasa saja dan sedikit membosankan apalagi melihat durasinya yang panjang tapi diakhir kita bakal mendapatkan character development yang pantas serta melihat makna baru yang didapat tentang seberapa kasarnya dunia di kala perang.Satu hal yang mimin suka adalah melihat bocah tadi sebagai protagonis tersebut tak pernah menjawab namanya atau kita sebagai audience diberi tahu siapa namanya tapi seiring durasi dan hidupnya berjalan dan ketika dia ingin bertemu keluarganya baru dia menyebutkan namanya,menandakan dirinya yang sudah "terbuka" untuk berhubungan dengan orang lain.Akting dari para pemainnya totalitas semua apalagi Petr Kotlár


Sinematografinya jelas mantap dengan penggunaan B&W yang mungkin so far menjadi  sinematografi terbaik untuk tahun ini yang saya lihat.Wide shot perbukitan maupun kampung desa bekas perang dengan reruntuhannya makin menambah nuansa Perang Dunia Kedua.Bukan hanya indah tapi visualnya juga harus hati hati karena serem mulai dari pedofil,perang,pembunuhan,dll. Soundtracknya memang minim dan bahkan tidak ada sependengaran saya sehingga kita mendengar tiap adegan secara natural tapi kekurangannya terkadang tiap momen terasa menjadi hampa tanpa kehadiran scoring.

Overall ya wajar aja film ini membuat para audience maupun juri di Venice Film Festival,BFI,dan TIFF harus keluar dari bioskop disaat film tayang karena kebrutalan yang ditampilkan dalam film ini.Kalau kalian ingin melihat film yang benar benar berbeda dengan penggambaran dunia perang dari berbagai aspek kehidupan mungkin bisa nonton film ini


SCORE : 75

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.