Langsung ke konten utama

REVIEW : Tengkorak (2018)

Film sci-fi Indonesia pertama yang ternyata berhasil membuat saya takjub dengan plot yang dibawa dan minimnya CGI tidak membuat film ini tidak "scifi".Film ini berhasil membuktikan berkembangnya perfilman Indonesia khususnya sineas yang bisa bikin film selain horor,komedi,dan romansa


Plot film ini sebetulnya punya makna yang dalam,sang sutradara Yusron Fuadi membawa berbagai element kedalam film scifi ini.Society / masyarakat,pemerintah,dan bahkan aspek agama juga dimasukkan kedalam film ini sehingga menjadi sebuah film scifi yang multi-layer,banyak sekali yang bisa dibahas.Apakah membosankan?? Untuk saya sih tidak meski ada beberapa moment seperti di pertengahan film yang hampir bikin saya bosan tapi sisanya oke.Masalah yang saya temukan adalah ada pada pacing dan eksekusinya.Saya suka sekali dengan openingnya yang menggunakan narasi potongan potongan berita dan wawancara layaknya film District 9,menambah kesan realistis di film ini tapi ketika masuk pertengahan keliatan banget filmnya dragging.Andai kata film ini lebih fokus ke adegan suspense pemerintah vs rakyat mungkin bakal lebih epik lagi.Tapi yang patut diacungi jempol itu endingnya,muantep banget asli.Saya gak expect endingya bakal seperti itu dan melihat endingya aja membuktikan kalau film ini emang punya tema yang kuat tapi sayang sekali eksekusinya kurang matang dan solid

Karakter film ini mungkin menjadi kekurangan yang paling terasa.Dua karakter protagonis di film,Yos dan Ani benar benar under development banget,terutama karakter Ani.Yos sebagai "pembunuh bayaran" masih memiliki background story dan konflik moral yang membuat karakternya lebih hidup sedangkan karakter Ani ini hanya datang sebagai semacam "pembantu" atau rekan Yos dalam menguak misteri Tengkorak.Chemistry mereka berdua juga benar benar lemah.Kematian karakter utamanya tidak memberikan dampak yang signifikan ke audience sehingga malah menjadi karakter yang mudah terlupakan .Narasi film ini terbilang lumayan lah apalagi soal pembahasan Tengkorak dan dampak dibaliknya.Narasinya juga bisa ngangkat plot twist di akhir film yang cukup baik meski butuh extra fokus karena terkadang masalah teknis seperti dialognya yang kecil menjadi kendala.Film ini juga menggunakan bahasa jawa yang secara mengejutkan membuat film ini  punya porsi komedi yang pas sehingga menjadi film yang menghibur bagi saya


Bahas soal visual pasti kalian semua penasaran dengan CGI film scifi ini,apakah bagus?? Ya tidak,ini film indie loh dengan budget sedikit,tapiiiii tidak seburuk yang kalian pikirkan loh.Ada bebarapa visual efek yang memang keliatan banget gitu belum rapih dan efek efek yang jelek tapi di satu sisi ada penggunaan CGI yang bagus contohnya saja ketika Tengkorak muncul atau adegan di gardu pandang.Urusan sinematografi sih film ini cukup bagus,banyak penggunaan Aerial Shot dan Wide Shot yang kemungkinan menggunakanan drone sepanjang film ini.Film ini juga sering menggunakan tracking shot yang memang sedikit shaky tapi ya cukup impresif.Soundtracknya juga bagus,simple sih tapi yang penting penggunaannya efektif atau tidak dan film ini menggunakan tiap scorenya dengan pas.Ketika adegan menengangkan atau  adegan aksi,score dengan tabuhan drumnya berhasil membuat suasana menjadi lebih mencekam dan menegangkan

Overall film ini cukup memuaskan,trailernya mungkin terkesan serius dan menegangkan tapi jika kalian tidak menaruh terlalu banyak ekspektasi pada film ini maka dijamin film ini keren banget.Film scifi Indonesia yang bukan asal CGI saja tapi punya cerita yang solid dan endingnya yang buset edann.Endingnya sendiri berhasil ngangkat film ini 

SCORE : 75

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.