Langsung ke konten utama

REVIEW : Da 5 Bloods (2020)

Da 5 Bloods kembali menunjukkan karya Spike Lee dengan isu kulit hitamnya serta kriitk monohok terhadap Pemerintah USA ,tapi apakah film ini bisa melanjutkan kesuksesan BlackKklansman yang komedik dan pintar?? atau malah gagal dan hanya menjadi film penuh agenda politik saja. 
 

Film ini punya premis yang cukup menarik,meski tidak sepenuhnya baru untuk dunia film tapi seperti biasa film Spike Lee ini disisipi dengan isu dan kritik soal hak orang berkulit hitam di Amerika yang menjadi "tumbal" untuk perang di Vietnam.Plotnya memang klise dan hampir mirip dengan film Triple Frontier-nya Netflix meski begitu saya pribadi enjoy dengan ceritanya yang meski memang paruh awal film ini cukup membosankan dan terasa sekali raggingnya.
First Act yang buruk serta durasinya yang lama mungkin bakal membuat beberapa orang langsung bosan dengan film ini tapi percayalah First Act yang penuh dengan set up dan eksposisinya bakal terbayarkan di Second dan Third Actnya.Saya pribadi cukup terkejut bahwa film ini bukan hanya film drama-perang saja tapi juga ada adegan aksi yang cukup menghibur serta beberapa momen menegangkan.Kendala terakhir di ceritanya ini ada di endingnya yang terlalu "cheesy" ,menjatuhkan ekspektasi saya karena so far film ini memang punya banyak pesan yang ingin disampaikan hanya saja endingnya kurang nampol.

Karakter film ini sih terbilang mixed feeling yah karena sebelum saya mulai nih saya harus memberikan apresiasi kepada Delroy Lindo,pemeran Paul yang tampil dengan sangat totalitas.So far mungkin ini kontender utama Best Actor untuk tahun ini.Karakternya menggambakan efek PTSD dengan sangat baik.Chemistry para "Bloods" juga sangat realistis dan malah saya percaya orang orang ini sudah berkawan dari lama ,kadang berantem kadang bercanda.Sayangnya karakter di film ini (kecuali Paul) punya character development yang kurang.Karakter Norm yang harusnya menjadi pemersatu mereka semua kurang diexplore lebih luas,karakter sampingan lainnya yang terbilang banyak juga jauh dari kata penting begitu juga dengan antagonisnya yang mediocre sekali..Andai kata film ini fokus kepada 5 karakter utamanya saja pasti bakal lebih oke.Narasi film ini cukup baik terutama soal bagaimana film ini memberikan beberapa twist twist kecil di ceritanya supaya tidak terkesan terlalu monoton serta konflik antar sekawan akibat terbutakan oleh kekayaan. 


Visual filmnya terbilang cukup bagus,saya suka dengan perubahan ratio film antara masa lalu dan masa sekarang yang digarap dengan efektif dan tidak mengganggu.Sinematografinya cukup baik,seperti biasa trademark Spike Lee yaitu Dolly Shootsnya yang saya tunggu tunggu (meski kurang apik) dan beberapa wide shot dan aerial shot hutan sampai kota Vietnam yang cantik membuat visualnya ini penuh warna dan unik di masing masing set design.Monolog Paul dengan long takenya juga cukup impresif untuk film ini dan memberikan dampak emosional yang lebih dalam.Masalah di aspek teknisnya yang paling mengganggu dan tidak profesional (bagi saya) ada di editingya.Entah apa tujuannya mengcut sebuah adegan pelukan dengan 2 angle yang berbeda layaknya sinetron di TV.Saya pikir cuma sekali tapi berkali-kali dong,tolong editingnya itu haduh wkwkwk.Soundtracknya sih biasa saja,tidak ada yang memorable baik itu dari soundtrack maupun original scorenya meski saya suka dengan VFX film ini yang detail dan menangkap suara sekitar dengan baik.

Overall film Da 5 Bloods ini rasanya kurang bisa memenuhi kesuksesan film Spike Lee sebelumnya,masalahnya ada di ceritanya yang terlalu penuh sehingga meski durasinya sudah panjang tetap tidak bisa memberikan kesimpulan yang konklusif.Kendati demikian saya menikmati film ini (setelah first actnya) dan memang memberikan pengalaman menonton yang berbeda dengan pesan sosial serta premisnya yang dibawa

SCORE : 75++

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.