Langsung ke konten utama

REVIEW : Jagal-The Act of Killing (2012)

Waduh nih film berat untuk diulas,bukan hanya karena materinya tapi juga banyaknya unsur politik yang mungkin bisa jadi buat ulasan kali ini subjektif.Saya berusaha tetap objektif dan mengulas film ini secara lengkap karena saya pribadi jarang menonton film dokumenter sehebat ini


Film dokumenter ini bercerita tentang pembunuhan massal komunis maupun anggota PKI disaat penggulingan kekuasaan Soekarno setelah G30S PKI pada tahun 1965-1966.Yang menarik dari film dokumenter ini adalah film ini tidak sepenuhnya 'dokumenter' layaknya film sejarah dengan berbagai dialog dari sejarahwan dan pakar-pakar ternama tapi film ini langsung ke pelaku atau sang jagal itu sendiri.Film ini memberikan kita prespektif sang excecutioner dalam melakukan aksinya,melihat dunia yang dia tinggali,hingga dampak bagi kehidupan dia secara rohani maupun jasmani.Para pelaku alih-alih hanya berbicara dengan reka ulang nah sang sutradara memilih untuk mereka lah yang reka ulang sendiri.Melihat bagaimana ekspresi satu satu dari mereka melihat kembali perbuatan dan kejadian yang telah lama mereka lakukan diulang kembali,mengunjungi kembali tempat eksekusi yang mereka lakukan hingga teknik teknik dan pembunuhannya.Treatment dan story telling yang digunakan Joshua ini briliant dan berhasil membuat penonton menjadi lebih dekat dengan para pelaku maupun berbagai peristiwa nyata yang terjadi pada masa lampu.


Kelebihan film ini juga terletak pada cerita yang diangkat,after effect atau collateral damage yang kita rasakan setelah menonton film ini membuat penonton terutama orang Indonesia sendiri mulai mikir mikir soal sejarah kita,mulai berpikir soal pemerintah kita.Saya pribadi masih kepikiran sampai sekarang,melihat bagaimana lugasnya pemerintah Orba (terlepas dibantu US atau tidak) melakukan genosida PKI dan etnis cina di kala itu.Yang membuat tragis adalah keadilan yang terjadi,film ini secara lugas juga memperlihatkan bagaimana mereka mereka yang disebut algojo ini sekarang disebut sebagai 'pahlawan'.Kaya,punya kursi di pemerintahan,dan disegani banyak orang.Hal hal seperti inilah yang membuat film menjadi lebih kaya,muatan yang kompleks dengan segala kritiknya.Film ini bukan tentang benar atau salah tapi tentang apakah pembunuhan massal atau genosida menjadi jawaban atas G30S?? Masyarakat,society kita dibangun diatas pondasi pemakaman massal 

Karakter film ini hampir semuanya karakter nyata dan diperankan langsung oleh manusia manusia tersebut (ya namanya juga dokumenter bambang).Tokoh tokoh penting di film ini bukan disalahkan atau satu satunya 'pelaku; di film ini tapi mereka menjadi saksi nyata atau ibaratnya partisipan dalam peristiwa bersejarah yang mengerikan ini.Akting mungkin paling berkesan ada di Anwar dan Ady sebagai orang yang turun di lapangan langsung,kita bisa melihat bagaimana kedua orang ini memanggul beban masa lalu mereka masing-masing. Anwar yang masih dihantui sedangkan Ady merasa dirinya melakukan hal yang benar dan sering menjustifikasi dirinya atas apa yang telah ia perbuat.Narasi film berjalan dengan lancar dan efektif sesuai dengan treatment film ini,setiap adegan atau babak baru mulai kita mendapat kepingan sejarah yang tertutup oleh rezim kala itu.


Yah visual film ini sih biasa aja,seadanya saja lah ya bukan tipe film dokumenter dengan budget tinggi serta sinematografi yang indah.Meski ada beberapa adegan yang diambil dengan bagus seperti pemandangan hiruk pikuk kota Medan sampai indahnya Danau Toba.Tapi yang pasti film ini menyakitkan dan sadis untuk di tonton,bukan karena banyaknya adegan gore di fim ini melainkan berbagai reka ulang di film ini memang benar benar tidak manusiawi dan mengingat lagi kalau ini adalah sejarah kita sebagai WNI.Adegan reka ulang di Kampung Kolam itu benar benar mengerikan.Adegan akhir di air terjun yang monohok dan sarkas juga cukup apik.Ohya film ini juga bakal bikin kalian mual mungkin apalagi di ending film ketika Anwar datang kembali ke tempat dimana dia mengeksekusi banyak orang dan mual mual sendiri itu saya malah ikutan mual sampai mau muntah bayanginnya.

Overall film ini bukan hanya sekedar film dokumenter tapi ini sebuah sejarah,sebuah pengalaman menonton yang jarang saya temui.Film yang begitu menyakitkan untuk ditonton tapi juga menjadi bahan refleksi untuk kita kedepannya karena sejarah itu ditulis oleh para pemenang.Belum paham sejarah Indonesia kalau belum nonton film gila satu ini
P.s : Ini versi theatrical yang 2 Jam,nanti skor untuk yang Director Cut bakal saya update lagi

SCORE : 85
Nih saya kasih link nonton film ini GRATIS!! Ada di Youtube masa gak kalian tonton sih huffttt 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.