Langsung ke konten utama

REVIEW : Just Mercy (2019)

Just Mercy adalah film based on true story ketiga yang telah saya tonton pada tahun 2019 yang lalu dan menjadi favorit saya dan termasuk hidden gem karena film ini punya aspek emosional dan drama yang lebih kuat ketimbang film sejenisnya seperti Dark Waters dan Richard Jewell
 

Plot film ini membawa perjalanan kasus terpidana salah tangkap dengan segala cobaan dan rintagan yang harus dihadapi oleh karakter utama.Premis film ini bisa dibilang klise sih untuk jaman sekarang karena bukan hanya film ini saja yang mengangkat tema rasisme dalam kasus pengadilan dimana orang orang berkulit hitam mendapat perlakuan yang berbeda dan dianggap "bersalah sejak lahir" di Amerika.Tapi yang membedakan adalah ceritanya yang membawa kisah nyata ini melalui sudut pandang proses hukum dan komunitas masyarakat.Film ini tidak terlalu kompleks untuk dipahami dengan segala proses hukum dan pengadilan yang ada,malah lebih condong ke film investigasi ala film bergenre crime dimana dalam perjalannnya film ini memberikan kita fakta-fakta mengejutkan tentang kasus ini.
Meskipun ada masalah di pacing yang kurang solid sehingga terkadang di pertengahan film ini menjadi sedikit membosankan tapi secara keselurahan film ini menawarkan tontonan yang emosional nan seru dengan penuh drama konflik tentang isu rasisme dalam dunia hukum US dan proses hukum itu sendiri yang bagi saya selalu punya sisi menarik untuk ditelusuri

Urusan akting di film ini patut diberikan diapresiasi untuk Michael Jordan dan Jamie Foxx karena kedua orang inilah yang menjadi jiwa dan penggerak film ini.Film character driven ini punya character development yang matang.Melihat Bryan yang penuh tekad dengan idealismenya tentang kebenaran yang berusaha membebaskan Jhonny D yang sudah pasrah akan keputusan hukuman matinya ini memberikan chemistry yang solid.Sayang sekali akting Brie Larson di film ini biasa banget dan tidak lebih dari sekedar pendongkrak di bagian casting supaya orang tertarik untuk menonton film ini.Masalah lain juga ada di beberapa karakter yang mungkin penting untuk kasus sebesar ini tapi sayangnya tidak dibawa dengan serius seperti karakter Herbert.Aspek kekeluargaan di film ini terutama background story karakter Jhonny yang minim membuat endingnya menjadi kurang powerfull.Relasi antar masyarakatnya kurang menonjol.Narasinya cukup baik dan berhasil dikemas dengan ringkas meski temanya ini tergolong kompleks,durasinya pas meski terkadang sedikit susah untuk mengimbangi narasi filmnya.


Kelebihan film ini ketimbang kedua film yang pernah saya ulas adalah visualnya yang sangat baik untuk film ini.Saya pikir film ini bakal terkesan biasa saja soal urusan sinematografi namun nyatanya film ini berhasil memberikan sinematografi cantik lewat berbagai long shot dan tampilan simetris layaknya film WA dengan lightning yang warm membuat tampilan perkampungan kota Alabama ini pas dan mencolok sekali.Saya pribadi puas dengan visualnya terutama untuk film sejenisnya yang kadang kurang serius dalam menggarap sisi sinematografinya namun film ini berhasil menyajikan tampilan yang cantik,penuh rasa,dan di satu sisi juga realistis.Soundtrack film ini tergolong bagus juga kok,mungkin sedikit yang memorable tapi yang saya suka adalah original scorenya yang simple hanya menggunakan suara gumaman atau senandung yang santai.Pas banget sama suasana yang sedang emosional atau dengan pukulan gelas dan peralatan lainnya ke jeruji yang menjadi semacam lagu iringan.

Overall film ini sesuai dengan ekspektasi saya,sebuah film dengan tema rasisme yang serius namun juga emosional.Bukan hanya memberikan sajian drama proses hukum yang berat dan kompleks namun juga memberi tontonan tragis tentang isu rasisme di US dimana segelintir orang yang peduli itu susah menegakkan kebenaran.Worth to watch nih film karena tidak masuk ke Indonesia.Lebih apik sedikitttt ketimbang Dark Waters sih

SCORE : 80++

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.