Langsung ke konten utama

REVIEW : Never Rarely Sometimes Always (2020)

Film ini membawa premis tentang aborsi dengan realistis dan juga pedih lewat perjalanan dua remaja dalam melakukan "pembunuhan".Yang pasti film ini bukanlah film yang cocok untuk semua orang mengingat premisnya yang berat dan bakal menyinggung sana sini
 

Ceritanya membawa penderitaan dan beban yang harus dihadapi seorang remaja yang sedang hamil di luar nikah.Film ini memang lebih fokus ke peristiwa tersebut ketimbang kisah atau konflik dibaliknya.Penonton awam mungkin bakal butuh lebih banyak jawaban soal "siapa yang membuat dia hamil" atau "masa lalu dia gimana" tapi bagi saya itu tidak terlalu penting karena memang tujuan utamanya film ini memberikan gambaran bagaimana seorang remaja jaman sekarang menghadapi abortion,toxic masculinity,bahkan abuse baik itu verbal maupun non verbal.Film ini juga pasti punya plot yang slow paced dan memang cukup melelahkan menonton film ini.Bagi saya film ini rasanya sama seperti film Richard Jewell soal storytellingnya,tidak sepenuhnya fokus atau benar-benar menjiwai tema aborsi yang dibahas.First Act dan Third Actnya masih bisa dinikmati dengan berbagai konflik hati dan jiwa Autumn dalam menghadapi situasinya,bahkan adegan dimana dia berusaha menyakiti kandungannya  saja sudah cukup membuat pengalaman menonton film ini menjadi tidak nyaman.

Mungkin masalah utama di film ini ada pada karakternya,bagi saya pribadi karakter Autumn ini bukanlah karakter yang cocok untuk mengemban tema film yang berat ini.Realistis sih memang tapi apakah itu pilihan yang tepat untuk medium sebuah film?? Masalahnya ada di character development Autumn yang lemah,perjalanan yang panjang dari awal dia sadar bahwa dia hamil hingga aborsinya itu terasa sunyi atau lebih tepatnya "hambar".Autumn tidak pernah mengalami perubahan sikap maupun jati dirinya,ketika semuanya selesai yang ia rasakan cuma lelah dan yaudah.Andai kata film ini bisa lebih fokus melihat perjalanan batin dan konflik Autumn dalam menanggapi aborsi mungkin bakal lebih memorable di hati saya.Untungnya karakter yang sedikit membuat kita mudah mengikuti kedua remaja ini,persahabatan Autumn dan Skylar ini sangat indah dan tulus untuk dilihat apalagi Skylar yang selalu menemani Autumn sembari membawa koper berat (belum paham makna "koper" di filmnya apa) sampai rela "menjual" diri untuk mendapat uang agar bisa pulang ke rumah.


Visual filmnya masih oke,sebagai film indie dengan budget yang kecil menjadikan visualnya ini terasa sederhana dan indah layaknya dunia nyata.Sinematografinya juga biasa saja meski yang patut diapresiasi itu ada pada penggunaan tracking shot dan one continous shot yang membuat film ini lebih terkesan natural.Adegan dialog antar Autumn dan Dokter tanpa adanya cut itu benar-benar menguras hati saya lewat ekspresi Autumn dan pertanyaan yang dilontarkan sang dokter.Film ini memang minim dialog dan lebih ke visual storytelling jadi harap maklum jika kalian merasa bosan ketika menonton film ini.Visualnya juga terkadang menggambarkan bagaimana "Kotornya" lelaki apalagi dengan pertanyaan Skylar "Dont you ever just wish you are a dude" yang lalu dibalas Autumn "All the time" menjadi sedikit kritik atau sindiran pedas untuk para lelaki.Soundtrack film ini sih biasa saja,lagu lagu yang dibawa dan original score yang menggambarkan pedihnya hidup cukup membangun suasana dan mood di film ini

Overall film Never Rarely Sometimes Always ini mungkin kurang membuat saya takjub atau merasa puas dengan eksekusi tema filmnya yang krusial.Susah rasanya mereview film yang membuat perasaan saya campur aduk,pengen banget ngasih nilai 8 tapi masih banyak kekurangan disana sini.Yahh setidaknya film ini bagi saya masih worth to watch apalagi dengan premis serta pesan film ini yang memang penting untuk ABG jaman sekarang

SCORE : 75

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.