Film yang disebut-sebut sebagai film monster versi "Zombieland" ini menurut saya nyatanya masih kalah jauh ketimbang keseruan dan solidnya Zombieland. Meskipun menggunakan eksekusi dan feel yang sama tapi Love and Monsters ini tidak punya substansi yang solid.
Film ini sebetulnya punya premis yang sudah cukup umum dan biasa sih, model-model film post-apocalypting gitu tentang dunia yang sudah hancur akibat kemunculan monster monster. Dilihat dari plot serta eksekusinya saja film ini memang sudah terlihat seperti film Zombieland hanya bedanya film ini punya monster, bukan zombie. Namun nyatanya film ini masih terbilang jauh untuk disebut mirip dengan Zombieland, pertama-tama ada masalah di plotnya yang berjalan terlaluuu cepat dan hanya diisi momen demi momen. Ada beberapa bagian dimana film ini berusaha kerass menjadi film komedi layaknya Zombieland, namun di satu sisi juga film ini ingin menyeramkan dengan kehadiran para monster yang memang untuk bagian ini cukup berhasil. Menurut saya film ini lebih cocok diberi judul sebelumnya, Monster Problems ketimbang Love and Monsters karena bagi saya tidak ada makna "love" di film ini. Apakah soal keluarga?? soal cinta abadi?? atau soal cinta dengan lingkungan?? Entahlah film ini hanya memberikan bumbu drama romansa supaya bisa dinikmati anak remaja (mungkin). Plotnya memang biasa dengan eksekusi yang masih hit and miss.
Karakternya sih mungkin jadi kelemahan terbesar film ini, meski akting Dylan O'Brien yang solid dan hampir mengingatkan saya dengan karisma Jesse Eisenberg sebagai Columbus di Zombieland, namun motivasi dan keputusan yang diambil itu bodoh. Skenarionya itu di awal kita diperlihatkan dengan nuansa kekeluargaan yang hanya dalam waktu 10 menit langsung dibuang, lalu di akhir film "sampah" tadi diambil lagi lalu diberikan kepada kita para penonton. Apakah itu membuat saya tertarik dengan para karakternya?? Apakah itu membuat saya merasa iba?? Tentu tidak, berbeda dengan karakter Columbus yang memang punya tujuan dan mandiri, karakter Joel ini cuma jadi semacam orang bingung pergi kesana kemari selama 14 hari. Character developmentnya sebetulnya oke tapi percaya atau tidak, semua karakter yang ada di film ini itu kalah ketimbang karakter seekor anjing. Narasi film ini biasa saja sih, ada sedikit twist dan payoff yang cukup oke. Tapi eksposisi di awal dengan gambar yang menarik menurut saya masih kurang untuk menggambarkan situasi film ini, eksposisi dengan flashback yang minim serta pace yang berantakan juga menjadi kendala yang cukup terasa. .
Memang kalau bahas aspek teknis film film Hollywood tidak pernah salah tapi ya mau gimana lagi, film ini memang punya penampilan monster yang apik. Salah satu alasan kenapa saya bisa tahan untuk nonton film ini adalah kreatifnya film ini menggunakan beberapa hewan di sekitar kita sebagai monster besar yang menakutkan. Mulai dari cacing, kodok, kelabang, hingga semut berhasil digambarkan menjadi sebuah monster yang menakutkan. Wajar kalau film ini disebut film monster karena porsi aksi dan monsternya cukup beragam dan banyak. Visualnya yang kerasa banget dunia dunia abis kiamat dengan color pallete yang cerah dan pas cukup membangun nuansa di film ini. Set design yang menarik dengan sinematografi long extreme shot yang indah juga kembali harus diapresiasi. Ohya salah satu detail yang berhasil diberikan adalah sound designnya, tiap monster ini memiliki sound design yang menarik dan beda. Monster yang jahat punya sound design yang mencekam sehingga menambah esensi menyeramkan film ini. Soundtrack filmnya juga keren kok, meski scorenya tidak terlalu memorable tapi tetap membangun suasana dengan pas.
Overall film ini sebetulnya kalau sebagai film monster guilty pleasure yang seru, mencekam, dan sedikit humoris ya masih bisa saya rekomendasikan karena memang masih enjoyable kok. Tapi memang unsur drama romansa yang terlalu dipaksakan membuat plot film ini tidak bisa mencapai potensinya, apalagi dengan para karakter yang rasanya bikin udahan aja nontonnya.
SCORE : 65++
Komentar
Posting Komentar