Langsung ke konten utama

REVIEW : Mank (2020)

Mank ini merupakan film anyar terbaru dari seorang David Fincher yang menyajikan aspek teknis luar biasa serta plot yang terasa personal sebagai surat cinta Fincher dan sindiran terhadap dunia Hollywood. Namun jangan berharap film ini bakal mudah untuk dipahami dan dinikmati yahh....

Film ini memiliki premis terkait orang yang membuat naskah atau script dari salah satu film terbaik yang pernah ada berjudul Citizen Kane. Memang terdengar seperti film biopic biasa tapi kalian tidak akan mengharapkan hal tersebut jika kalian tahu sepak terjang Fincher dalam membuat film biopic atau biography. Karena memang film ini bukan hanya sekedar drama biopic saja tapi ada tema lain yang diangkat oleh fincher ke film ini. Salah satunya adalah tentang dunia Hollywood itu sendiri, Hollywood di 1930-an. Kurang lebih seperti film OUATIH tapi mengambil waktu yang lebih lampau. Tema selanjutnya adalah tentang memalukannya dunia Hollywood dimana medium film digunakan sebagai alat propaganda untuk urusan politik. Fincher terlihat berusaha keras untuk menggabungkan kedua tema tadi di film ini sembari tetap menceritakan perjuangan Mank dalam menulis Citizen Kane. Memang First Act dan Second Act berjalan mulus namun saya pribadi kurang suka dengan bagaimana film ini bertransisi dari Tema pertama tadi ke tema kedua-nya, terlihat terlalu dipaksakan apalagi dengan alurnya yang maju mundur itu terkadang membosankan.


Karakter di film ini saya suka sih, Fincher memang pandai dalam membuat sebuah karakter terutama character developmentnya. Akting Gary Oldman dan Amanda Seyfriend memang selalu mencuri perhatian terlebih Gary Oldman yang memang tampil totalitas. Film ini juga kerap menghadirkan beberapa adegan komedi lewat akting maupun dialog para pemainnya. Character development-nya juga keren, melihat perjalanan Mank dari seorang yang dikagumi sampai menjadi buangan akibat melawan mereka yang diatas itu tertuang dalam scriptnya di Citizen Kane. Karakter Lily Collins juga cukup menarik di film ini. Kekurangan yang terasa sih film ini punya buanyakk karakter yang saling berhubungan satu sama lain sehingga mungkin bakal buat penonton bingung atau hilang arah, terlebih film ini sering menyebut nama karakternya dengan akronim atau sekedar nama-nama yang orang tahun 1930-an tahu.
Narasi film ini mungkin jadi kekurangan terbesar yang dimiliki film ini, sangat berbelit-belit apalagi dengan berbagai flashback dalam alurnya yang maju-mundur itu hampir membuat saya ngantuk. Dialog dialognya juga kebanyakan bertele-tele dan sering diisi oleh topik pembicaraan untuk mereka yang paham soal tahun 1930-an terutama dunia Hollywood.


Dari semua aspek yang film ini punya memang aspek teknis film ini patut diacungi jempol sih, ini salah satu film dengan sinematografi terbaik di tahun 2020, top 3 mungkin masuk. Yang saya sukai adalah film ini menggunakan filter black and white-nya bukan hanya untuk membuat visualnya lebih serius dan cantik, namun juga  untuk menambah kesan atau esensi klasik film-nya sendiri. Dari visualnya sampai suaranya itu terdengar seperti film klasik hitam putih jaman dahulu namun dengan resolusi dan aspect ratio jaman sekarang. Sinematografi film ini diisi dengan pencahayaan yang kuat serta beberapa tracking shot, extreme shot, dan camera movement mulus yang menjadi visual style dari David Fincher. Nuansa yang dihadirkan film ini seperti film klasik itu berkat sound editing dan soundtracknya. Dialog yang diucapkan itu seperti menghasilkan suara yang bergema, beda dengan film modern yang punya peralatan canggih untuk meminimalisir noise nah film ini bisa sedemikian rupa diubah supaya terkesan jadul. Soundtracknya juga asik dan keren, hanya mengandalkan piano dan gitar sebagai instrumen dasar sinema klasik membuat score film ini sangat efektif. 
 
Overall Mank ini mungkin bukan yang terbaik dari David Fincher, hampir semua aspek film ini bisa dihadirkan lebih mantap di film Fincher lainnya (kecuali visual). Namun dengan plot yang cukup solid dan menarik, karakter yang memorable, serta aspek teknis yang memukau itu bagi saya sudah cukup kok untuk bisa menikmati film ini meski dengan catatan untuk tidak menonton film ini dikala badan kurang fit atau mengantuk yah.

SCORE : 75

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW : Another Round (2020)

Film yang sudah cukup menarik perhatian saya beberapa hari terakhir ini, Another Round atau Druk adalah sebuah film yang mengingatkan saya akan Hangover dan Soul. Sebuah film tentang kehidupan yang dibungkus dengan komedi nan lucu, namun makna filmnya tetap serius dan emosional. Film ini membawa premis yang cukup menarik, sebuah film tentang sekelompok guru yang having fun dan mabuk-mabukan. Secara garis besar sih seperti itu, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata film ini menawarkan tema yang lebih dari sekedar hidup dan alkoholisme, ada juga tema tentang midlife-crisis, fase dimana hidup kita serasa membosankan akibat rutinitas atau pekerjaan yang kita alami. Menariknya memang film ini seperti film Hangover atau film komedi yang biasanya diperankan oleh Will Ferell atau Adam Sandler. Plotnya yang terkesan berat tadi bisa disajikan dengan berbagai humor jenaka lucu dikala para guru ini kehilangan akalnya dalam mengajar akibat mabuk. First dan Second Act film memang dibawa dengan sa...
Copyright © Cinegraphy. All rights reserved.